Ilustrasi Masa Orientasi Siswa (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
JAKARTA I Sedikit merasa cemburu, itulah yang dirasakan Asael J. Karsten. Dahulu ia sempat merasakan bagaimana MOS masih dilakukan oleh siswa seniornya. Aturan aneh seperti wajib menggunakan name tag, hingga hukuman yang dirasa tidak perlu dilakukan sempat ia dapatkan.
Tahun ini ia didaulat menjadi seorang wakil ketua Organisasi Intra Sekolah (OSIS) di SMAK Penabur Harapan Indah Bekasi.
Perannya cukup penting untuk mempersiapkan MOS dan menyambut siswa baru. Namun, setelah keluarnya Permendikbud nomor 18/2016 tentang pelarangan siswa senior dalam pelaksanaan MOS, ada rasa senang namun juga kecewa.
Senang karena merasa terbebas dengan kewajiban untuk mengurusi kedatangan siswa baru.
Memang diakuinya beberapa senior terkadang melakukan tindakan yang sewenang-wenang saat pelaksanaan MOS. Meski dirinya sendiri tidak menemuinya di sekolahnya sendiri, banyak pengakuan muncul dari teman-temannya.
Merasa kecewa karena menurutnya, masa orientasi siswa adalah masa bagi siswa baru belajar menyesuaikan diri dengan suasana baru, keluarga baru, teman baru di sekolah yang baru pula.
Pendekatan dengan senior harus tetap ada agar mereka mengenali seperti apa kakak kelas mereka sebelumnya.
Ada perasaan disayangkan pula, rencananya jika tahun ini ia terlibat dalam MOS. Ada beberapa hal yang ingin dibuktikannya, kalau MOS tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Ada beberapa perbaikan yang ingin dilakukannya.
Sayangnya kesempatan itu kini terbatas. Ia hanya dilibatkan dalam proses persiapan seperti survey lokasi dan pengamatan. Selebihnya guru yang akan melakukan MOS. Harapannya semoga MOS bisa lebih efektif dengan guru, dan siswa baru bisa lebih mampu untuk mengeksplorasikan dirinya di sekolah yang baru. (CNN)