pemkab muba pemkab muba
Ekonomi & Bisnis

Alasan Ilmiah Sakit Punggung Saat Bangun Pagi

103
×

Alasan Ilmiah Sakit Punggung Saat Bangun Pagi

Sebarkan artikel ini
bfef604b-b84b-406f-89c5-1f5530f05faf_169
pemkab muba pemkab muba
Alasan Ilmiah Sakit Punggung Saat Bangun Pagi
Seringkali, saat bangun tidur di pagi hari, tubuh justru terasa pegal dan kaku. (Dok. Thinkstock)

JAKARTA | Bangun pagi semestinya menjadi momen menyegarkan setelah tidur semalaman. Namun seringkali, bukan tubuh yang segar didapat, melainkan badan kaku dan pegal. Ternyata, ada alasan ilmiah di balik kaku tubuh saat bangun pagi.

Melansir Telegraph, para ilmuwan dari Manchester University menemukan bahwa kondisi kaku saat bangun pagi disebabkan oleh ibuprofen alami dalam tubuh.

Ibuprofen adalah senyawa yang biasa terdapat pada obat pereda sakit, demam, dan nyeri. Senyawa anti-inflamasi ini bekerja saat manusia tidur.

Dan ketika jam biologis manusia masuk ke sesi sadar dan terbangun, tubuh secara aktif menekan protein anti-inflamasi tersebut dengan cepat. Proses inilah yang menyebabkan rasa pegal saat bangun pagi.

Dengan memahami mekanisme ini, para ilmuwan tengah mengembangkan obat untuk mengatasi peradangan seperti arthritis, atau peradangan yang menyebabkan kaku sendi hingga sulit bergerak.

“Dengan memahami jam biologis manusia mengelola peradangan pada tubuh, kami dapat mulai mengembangkan pengobatan baru,” kata Julie Gibbs dari the Centre for Endocrinology and Diabetes di Institute of Human Development the University of Manchester.

“Dengan mengadaptasi waktu saat terapi ini diberikan, kami mungkin dapat membuat terapi ini lebih efektif,” lanjutnya.

Gibbs dan rekannya yang lain berusaha memahami mekanisme sel sendi manusia dan tikus dalam menghadapi peradangan. Mereka menemukan, sel pada dasarnya memiliki ritme selama 24 jam.

Namun, ritme tersebut dapat diputus oleh sebuah protein bernama cryptochrome yang memiliki efek anti peradangan yang signifikan. Dan ketika obat diberikan untuk mengaktifkan cryptochrome, senyawa ini dapat memberikan bukti melindungi sel dari peradangan.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Federation American Societies for Experimental Biology tersebut dapat mengarahkan pada pengembangan obat rematik baru.

Masalah sendi seperti rematik menjadi masalah yang hampir dimiliki oleh banyak orang. Prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia sebesar 11,9 persen dan berdasar diagnosis atau gejala 24,7 persen.

Di luar itu, diperkirakan 80 persen dari populasi pernah merasakan sakit di punggung. Sebagian besar dialami oleh para lansia karena penurunan fungsional dari susunan tulang belakang. Tidak hanya itu, keluhan nyeri sendi juga lebih banyak terjadi pada perempuan dibanding laki-laki.

Sebuah studi dari Annals of the Rheumatic Diseases menyarankan untuk mendapatkan tidur malam yang baik dapat diperoleh dengan menghindari kerja malam. Tindakan ini dapat melindungi jam tubuh dan menghindari masalah dengan punggung di kemudian hari. (CNN Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *