pemkab muba pemkab muba
Nasional

“Puyang” Teater Potlot, Narasi Amanah Sriwijaya

134
×

“Puyang” Teater Potlot, Narasi Amanah Sriwijaya

Sebarkan artikel ini
IMG-20180729-WA0027
pemkab muba pemkab muba

MAKHLUK hidup apa yang masih hidup hingga saat ini, yang menjadi saksi ketika Srijayanasa, raja Sriwijaya, menyampaikan amanahnya kepada semua makhluk hidup untuk hidup bersama; bercukupan pangan, damai, sehat, bermoral, dan sejahtera, dalam Prasasti Talang Tuwo pada 684 Masehi? Jika saksi itu adalah manusia yang hidup di Sumatera Selatan pada saat ini tampaknya akan banyak perdebatan. Misalnya, kemungkinan manusia yang hidup hari ini merupakan keturunan para pendatang dari berbagai suku bangsa di dunia setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh.

Teater Potlot memilih harimau sumatera sebagai saksi tersebut. Melalui pertunjukan teater, Teater Potlot menyebutnya “puyang” seperti halnya masyarakat di sekitar bentang alam yang menjadi habitat harimau sumatera. Puyang ditampilkan kembali Teater Potlot dalam South Sumatra Landscape Festival, di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Palembang, Kamis (26/07/2018).

Menurut Teater Potlot, Puyang adalah makhluk hidup yang tetap menjaga komitmen yang disampaikan Raja Sriwijaya dalam Prasasti Talang Tuwo, yang isinya menjelaskan sebuah bentang alam bernama Taman Sriksetra yang diperuntukan bagi semua makhluk hidup agar hidup harmonis, bermoral dan sejahtera secara bersama di bentang alam tersebut.

Bukti komitmen puyang itu yakni mereka tidak pernah berusaha membasmi manusia, meskipun sejak dahulu mereka memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Mereka hanya berjaga di wilayah yang ditetapkan sebagai rumahnya.

Namun, manusia dengan alasan “kebutuhan” akan pangan, pemukiman, dan lainnya, mengkhianati komitmen Prasasti Talang Tuwo. Harimau sumatera sebagai saksi dan penjaga komitmen tersebut pun terdesak. Setelah habitatnya dihancurkan dan dirampas, mereka pun diburu dan dibunuh. Mereka dinyatakan sebagai “musuh manusia”.

Tapi, sekali lagi, puyang tetap menjaga komitmen tersebut. Mereka berusaha untuk tidak melakukan upaya membasmi manusia. Penyerangan terhadap manusia dipilih jika terdesak, dan mereka lebih memilih mencari ruang-ruang baru yang jauh dari manusia. Tapi, manusia terus mendesaknya.

“Puyang” Teater Potlot, Narasi Amanah Sriwijaya Harimau sumatera musnah, amanah Sriwijaya hilang

“Jadi jika keberadaan harimau sumatera musnah, itu sama saja dengan menghancurkan jejak amanah Raja Sriwijaya, dan mengkhianati komitmen manusia dengan makhluk hidup lainnya untuk menjaga alam semesta sebagai ciptaan Tuhan, seperti disampaikannya dalam Prasasti Talang Tuwo,” kata T. Wijaya, penulis naskah Puyang.

Conie Sema, sutradara dari pertunjukan Puyang, menyatakan pertunjukan Puyang merupakan salah satu karya Teater Potlot terkait dengan isu ekologi. “Teater Potlot sangat focus pada berbagai persoalan lingkungan hidup, termasuk persoalan pengelolaan bentang alam atau lanskap pada saat ini. Selain melalui pertunjukan teater, civitas Teater Potlot juga memproduksi sejumlah novel, puisi, atau tari yang bertemakan lingkungan hidup,” kata Conie, penulis dan sutradara pertunjukan Rawa Gambut yang telah ditampilkan keliling di Palembang, Bandarlampung, dan akan dilanjutkan di Jambi dan beberapa kota lainnya di Sumatra.

Conie menjelaskan, hasil refleksi Teater Potlot terkait amanah Raja Sriwijaya, maka persoalan ekologi itu bukan hanya di wilayah pegunungan, rawa gambut, juga di laut. “Sriwijaya itu kerajaan yang mampu mengelola alam, baik di darat maupun di laut, secara lestari untuk kepentingan bersama secara berkelanjutan. Inilah sebenarnya dasar pemikiran ekosentris yang dijaga Kerajaan Sriwijaya sebagai peradaban bahari,” kata Conie.

“Kita mengharapkan Puyang ini mampu membawa diksi-diksi ekologis sebuah kerja teater, environment art yang merefleksikan kesadaran manusia untuk menjaga bentang alam. Sebagai kebutuhan semua makhluk hidup seperti diamanahkan Raja Sriwijaya,” lanjutnya.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *