SEKAYU – Beberapa tahun belakangan ini petani karet di Indonesia banyak mengeluh akibat masih rendahnya harga jual hasil perkebunan mereka. Namun tidak untuk petani karet di Kabupaten Musi Banyuasin saat ini, mereka sudah bisa bernafas lega karena hasil perkebunannya diserap dengan harga cukup tinggi melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPP) yang dibentuk Pemkab Muba ditiap Desa.
Ditambah lagi dengan inovasi pabrik aspal karet Bupati Muba Dr H Dodi Reza Alex Noerdin hasil karet rakyat bisa diserap dengan harga mencapai Rp 20.000 – Rp 21.000 per kg jika sudah menjadi lateks pekat.
Inovasi tersebut membuat Ketua dan anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Kabupaten Lahat mendatangi langsung Kabupaten Muba untuk belajar inovasi aspal karet.
Dodi yang juga selaku Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Provinsi Sumatera Selatan menginginkan petani karet di Sumsel ikut merasakan manfaat dari program hilirisasi karet tersebut.
“Untuk produksi lateks kita berikan bantuan mesin centrifugal diunit koperasi karet di Kabupaten Muba, dari sana lateks pekat kita serap untuk pabrik aspal karet,” ujarnya saat menerima audiensi Pengurus KADIN Kabupaten Lahat, di Guest House Griya Bumi Serasan Sekate, Senin (1/2/2021).
Bupati Muba Dr H Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA menyampaikan apresiasi atas kedatangan langsung dari pengurus KADIN Lahat. Ini menunjukkan kepedulian KADIN terhadap kesejahteraan petani karet dan UMKM di Kabupaten Lahat.
“Beberapa waktu lalu KADIN Muara Enim juga hadir ke Sekayu, tujuan sama yaitu belajar mengenai aspal karet. Nah hari ini giliran KADIN Lahat juga, dengan gerak cepat ini setelah dilantik KADIN Lahat sudah ada program kerja. Bicara mengenai aspal karet kami Pemkab Muba terbuka dan siap menerima siapa saja yang ingin belajar, mudah-mudahan dapat diterapkan di daerah masing-masing khususnya di Provinsi Sumsel,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba Ahmad Toyibir menyampaikan dalam memproduksi lateks tahap awalnya adalah bagaimana mengubah pola perilaku petani yang sebelumnya memproduksi bokar menjadi lateks pekat. “Sebelumnya petani habis menyadap ditinggalkan, tapi tidak untuk lateks pekat petani harus menunggu tidak membiarkan getah itu beku dan kemudian langsung dibawa ke mesin produksi lateks, petani dibekali zat amoniak sehingga kesetabilaan kecairannya terjaga,” papar Toyibir.
Sementara itu, Ketua Kadin Lahat Endriansyah SH menyampaikan apresiasi inovasi Pemkab Muba dalam hilirisasi karet. Dirinya mengapresiasi kekompakan dan keterlibatan berbagai stakeholder di Kabupaten Muba sehingga terwujudnya inovasi hilirisasi karet.
“Luar biasa ilmu yang kami dapat hari ini akan kami bawa ke darah kami, nantinya akan jadi masukan untuk pemerintah setempat. Petani karet kami akan terus berusaha namun program yang dilakukan belum tersosialisasi ide ke arah situ. Tentunya dalam dunia usaha perlu dilakukan bagaimana meningkatkan kualitas karet,” ucapnya. (Endang S)