PALEMBANG I Sebanyak 500 sekolah yang menjadi piloting (percontohan) untuk menerapkan program Full Day School (FDS) yang dipilih oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Sekolah terpilih ini semuanya berada di Jakarta, yang terdiri dari berbagai jenjang mulai dari SD, SMP, dan SMA. Penerapan FDS ini akan diterapkan mulai tahun pelajaran 2017-2018.
Khusus di Sumsel sendiri, pihaknya masih dalam tahap menginvetarisi sekolah-sekolah yang siap menerapkan program ini. “Selain itu, kami juga menerima dan terbuka menerima sekolah yang siap dan bersediakan menerapkan program FDS ini sebagai percontohan,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Widodo, Senin (26/9).
Widodo menambahkan, saat ini penerapan FDS ini didominasi oleh tingkat SMA, seperti yang ada di SMAN Sumsel, SMAN 17, SMAN 2 Sekayu, SMAN 3 Kayu Agung, dan sekolah lainnya yang ada di Sumsel.
“Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan sedang menginventarisir, sekolah mana saja yang sudah siap dan sudah menerapkan sistem full day school (FDS) disemua jenjang sekolahan baik di kabupaten maupun kota. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan FDS tidak kontraproduktif, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal,” ujarnya.
Widodo menjelaskan, penerapan Full Day School ini bertujuan untuk pembentukan karakter siswa sekaligus menjadikan sekolah rumah kedua. “Sesuai pesan Presiden Joko Widodo melaui Mendikbud, bahwa kondisi ideal pendidikan di Indonesia adalah ketika dua aspek pendidikan bagi siswa terpenuhi. Adapun dua aspek pendidikan itu ialah pendidikan karakter dan pengetahuan umum. Pada jenjang sekolah dasar (SD), siswa mendapatkan pendidikan karakter 80 persen dan pengetahuan umum 20 persen,” ujarnya.
Sementara, pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), pendidikan karakter bagi siswa terpenuhi 60 persen dan pengetahuan umum 40 persen. “Pendidikan karakter yang harus diterapkan pada siswa digambarkan seperti piramida terbalik. Penerapan karakter pada Sekolah Dasar harus lebih besar, karena akan menjadikan pondasi pada siswa di usia di usia dini, dan dilanjutkan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), SMK,” ujarnya.
Namun, full day school ini bukan berarti para siswa belajar selama sehari penuh di sekolah. Program ini memastikan siswa dapat mengikuti kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan karakter, misalnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Dia mengatakan, adanya full day school para siswa dapat terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dan kegiatan kontraproduktif, seperti penyalahgunaan narkoba, tawuran dan sebagainya. Selain itu, dengan membentuk pendidikan berkarakter, siswa juga memiliki keterampilan daya saing yang kuat dalam lapangan pekerjaan
“Usai belajar setengah hari, para peserta didik (siswa) tidak langsung pulang ke rumah, tetapi dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan dan membentuk karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi mereka,” pungkasnya. (HS)