pemkab muba pemkab muba
Ekonomi & Bisnis

Husen Sulap Peralon Bekas Menjadi Kralon

76
×

Husen Sulap Peralon Bekas Menjadi Kralon

Sebarkan artikel ini
kerajinan-kralon
pemkab muba pemkab muba
Husen Sulap Peralon Bekas Menjadi Kralon
Husen ketika menunjukkan beberapa kralon hasil buatannya

PALI Ketika melihat kerajinan tangan satu ini, kita tidak akan mengira kalau bahan dasar pembuatannya adalah peralon bekas.

Ya, di tangan Husen (42) warga Gang Masjid Kelurahan Talang Ubi Timur kecamatan Talang Ubi kabupaten PALI peralon bekas sisa bangunan disulap menjadi kerajinan peralon yang unik dan bernilai ekonomis tinggi.

Bentuk dan corak pun bisa disesuaikan keinginan para konsumen. Ada yang berupa wadah tisu dengan tulisan grup band Slank, ada yang berupa air terjun tiga tingkat, dan ada pula bentuk wadah lampu dinding serta kapal layar.

Ketika dijumpai dikediamannya Husen mengaku mendapat ide membuat kerajinan peralon (Kralon) tersebut dari hobinya di dunia seni dan tuntutan ekonomi ketika dirinya habis kontrak di salah satu perusahaan sub kontrak PT Pertamina EP Asset 2.

“Selepas habis kontrak, saya mencoba menuangkan hobi saya di dunia seni serta memanfaatkan peralon bekas yang ada. Peralon tersebut didapat dari sisa pembangunan rumah atau rumah toko (Ruko). Kemudian saya kreasikan hingga menjadi kralon dengan motif dan bentuk sesuai pesanan konsumen,” beber Husen.

Sempat tiga kali mengalami gagal dalam percobaannya, tidak membuat bapak dua anak ini putus asa.

“Awalnya sempat tidak jadi, ada yang kelamaan dibakar, sampai ada peralon yang terlalu tipis untuk digunakan dan hingga akhirnya pecah. Tetapi, lama kelamaan saya sudah bisa menemukan cara buat yang tepat,” tambahnya.

Peralon yang digunakan pun bervariasi, ada yang 3/4 inc hingga 4 inc.

“Mula-mula peralon dipotong sesuai dengan kebutuhan atau pesanan. Selanjutnya pipa peralon dibakar, sembari dibakar kita langsung membentuk pola yang kita inginkan. Baru kemudian langsung direndam dengan air agar pipa peralon tidak kembali ke wujud asal. Setelah itu, barulah kita hias dengan pernis atau cat warga sesuai keinginan,” terang Husen seraya menunjukkan proses kepada sejumlah media.

Untuk pemasaran pun, Husen menuturkan baru di seputaran PALI dan Prabumulih. Dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp 100.000,- hingga ada yang sampai Rp 1.000.000,- tergantung bentuk dan jenis pesanan konsumen.

Kendati demikian, saat ini Husen mengaku terbentur dengan modal usaha. Karena diakuinya selama ini dirinya membuat Kralon jika ada yang memesan. Atau sedang ada pameran di Kabupaten PALI.

Untuk itu, dirinya berharap bantuan serta perhatian pemerintah dalam mensupport usahanya. Karena, Husen optimis kralon bisa menjadi daya tarik dan ciri khas dari Bumi Serepat Serasan.

“Saat ini saya dibantu anak saya satu dan satu pemuda di Gang Masjid. Kalau lagi ada order banyak, saya bisa minta bantuan hingga empat orang. Tentunya, usaha ini akan membantu pemuda di PALI yang tidak bekerja dan bisa mengurangi angka pengangguran,” tuturnya. (adn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *